Kamis, 03 Februari 2011

Sang Penyair

Suatu hari aku terbangun dan dikelilingi kabut. Aku mencubit pipiku berharap terbangun lagi. Aku bermimpi di dalam mimpi. Mungkin ketika terbangun aku akan bertemu Ellen Page dan melakukan semacam mimpi basah. Membuatnya hamil seperti dalam film Juno. Dan baru kemudian aku benar-benar terbangun di dunia nyata ini. Dunia ini nyata bukan? Sialan, aku sungguh-sungguh terpengaruh film Inception.

Aku sering membeli es krim. Hampir setiap hari. Aku menyukai warna-warninya, juga kesan kekanak-kanakannya. Walaupun di Ruteng harga es krim hampir dua kali lipat dibanding di Jawa, dan membelinya jadi terkesan bodoh (tinggal di kota yang juga merupakan sebuah kulkas raksasa dan masih saja membeli es). Aku hanya ingin merasakan kesepian dan kedinginan, dan membuatnya jadi sejenis lelucon garing khas anak muda. Karena suasana semacam itu beraroma melankolis dan membuatmu  ingin jadi seorang penyair yang menulis puisi dengan frasa ' dingin menusuk tulang, menusuk hatiku'. Ha...ha...ha

Ada beberapa tekad yang kubulatkan semenjak aku menginjakkan kaki di Ruteng ini. Diantaranya adalah sebagai berikut ini :
1. Membaca semua buku yang kubeli namun belum kubaca (pada kenyataannya aku baru membaca jika sedang bosan atau jaringan internet mati).
2. Menambah kosa kata bahasa inggrisku dengan belajar (sepertinya lebih banyak yang aku lupa dibanding yang aku pelajari dan ingat).
3. Mulai menulis novel (paling banter malahan hanya menulis posting-posting tidak penting ini).
Dan hal-hal yang mengisi hari-hari dinginku(selain bekerja) di Ruteng ini adalah sebagaimana yang tersebut di bawah ini:
1. Menonton film-film yang didownload teman-teman dengan akun berbayar mereka dan merasa harus menonton semua film hingga tak tersisa(tidak menonton semua lebih baik mati saja)
2. Main PES dan berusaha mati-matian menang sehingga bisa mengolok-olok yang kalah(akhir-akhir ini juga mulai main Street Fighter).
3. Berolahraga dengan kesetanan (futsal 3 kali seminggu, badminton di hari sabtu, dan pingpong hampir setiap malam hingga pernah suatu kali sampai terserang flu berharap dapat berjaya di lomba pingpong tujuhbelasan di kantor)
4. Download gratis lagu-lagu kontemporer untuk dijadikan lagu karoke di netbook sendiri.

Pertanyaan besarnya: Apakah aku bahagia? Tulisanku ini hanya menunjukkan bahwa aku masih muda. Walaupun tujuan hidup sudah jelas tertulis, di luar tujuan Ilahiah, yaitu:
1. Hidup berkecukupan (kaya-raya).
2. Memiliki istri yang sempurna(cantik, pintar, setia)
3. Beranak-pinak seperti tikus (yang lucu, sehat, dan berprestasi)
4 Membesar anak-anak dan menjadi ayah dan suami idaman(romantis, suka memberi petuah-petuah berharga, bijaksana)
Aku hanya sedang dalam fase krisis umur seperempat abad kurasa, masih ingin berekplorasi namun juga harus dewasa. Aku masih suka melontarkan lelucon-lelucon garing yang membuatku merasa cerdas. Menikmati diolok-olok sebagai jomblo oleh teman-teman, berpura-pura tidak terusik, berpura-pura seperti Budha. Apakah aku perlu memberi pernyataan tentang kebahagiaan hidupku? Apakah seluruh tindakan menghibur diri, termasuk dengan menulis posting ini, hanyalah mekanisme pertahanan diriku? Apakah aku masih dalam dunia mimpi yang berkabut itu?

Pada kenyataannya di bulan Februari hujan masih sering turun di Ruteng ini dan berkabut di saat-saat tertentu. Aku hanya merasakan eksistensiku di tanah asing yang kini jadi ladangku, gemetar oleh dingin, teromantisir hujan yang tak henti berderai, terhibur hal-hal bodoh yang coba kulakukan, kesepian, dan kedinginan--menusuk tulang hingga hatiku. Ha...ha..ha. Menulis ini semua dengan gaya bahasa semacam ini hanya sungguh-sungguh menunjukkan bahwa aku terobsesi menjadi seorang penyair.