Rabu, 19 Juni 2013

Sudah Lama Aku Tidak Menulis

Kukatakan pada diriku aku harus mulai menulis. Sudah lama aku tidak menulis. Beberapa kali aku mencoba menulis tentang beberapa perjalananku terakhir; Riung, Maumere, bagian kedua perjalananku ke Rote, sebuah air terjun di sekitar Ruteng atau beberapa negara asia tenggara namun setiap kali baru selesai menyelesaikan sebuah kalimat aku langsung buru-buru menghapusnya. Hatiku menghalangiku. Dia seolah-olah batu karang yang keras. Dia begitu kesepian namun juga cukup keras kepala. Mungkin hatiku lupa akan bagaimana rasanya cinta, dia kedinginan dalam malam-malam Ruteng yang gelap.

Aku membayangkan kembali langkah-langkah sendiriku di tanah-tanah asing menyusuri absurditas hidup dan memikirkan cinta seolah-olah sebuah teka-teki. Aku mendengar derap kuda putihku yang berambut panjang menuju sebuah kastil untuk menyelamatkan seorang putri cantik yang menungguku dengan sabar. Namun sebuah tembok menghalangi langkahnya dan dia terhenti dan bimbang dan diserang ketakutan. Dia tersesat dan diliputi keraguan. Aku pangeran yang menunggang di atasnya yang beimajinasi sesuka hatinya. Dan hatiku adalah tembok tingginya. Mungkin aku hanya seorang pengelana biasa yang terseok-seok dalam lorong sempit dan gelap yang bernama cinta. Bagaimana seekor kuda bisa dengan yakin menyusuri sebuah padang rumput atau jalan berbatu?

Apakah sebuah perjalanan bisa merubah sepenggal hidup? menjinakkan sepotong hati? Atau aku hanya berusaha menghabiskan sisa umurku untuk mengukur dunia hanya untuk menunda mengukur dalamnya hati? Secara munafik aku menertawakan cinta dalam pengajian agama setiap minggu yang aku ikuti, pertanyaan-pertanyaan basa-basi tentang calon istri, atau lelucon-lelucon tentang pernikahan dan Tuhan tahu semua itu. Dan perjalanan, pencarian, kota-kota asing, orang-orang baru yang kutemui, tempat tidur-tempat tidur yang membingungkanku di pagi hari, atau makanan-makanan yang perlu waktu untuk meninggalkan jejak di lidahku hanyalah pengingat bahwa aku ingin selalu sedang kembali menuju rumah. Dan rumah itu ada di hatimu yang hangat dan nyaman. Hanya di hatimu.

Aku tahu aku bukanlah satu-satunya yang tersesat dan terkadang-kadang merasa lelah. Mungkin aku terlalu mendramatisir keadaan dan memanfaatkan melankolisme dan cinta untuk sepotong karya seni picisan. Mungkin aku hanya ingin menulis. Sudah lama aku tidak menulis.