Rabu, 13 Februari 2013

Tersenyum Sendiri

Aku ingin meringkuk di dalam sinar matamu yang benderang, diselimuti cintamu yang hangat, terlelap dengan mimpi menciummu dalam hujan yang basah. Hujan di bulan Februari terus saja berderai dan membangkitkan rasa rindu. Aku agak meriang, lebih karena rasa rindu ketimbang hujan. Ijinkan aku memikirkanmu dalam hujan di bulan Februari hingga demam, mengingat caramu tersenyum hingga aku tersenyum sendiri, lewat hujan Tuhan menurunkan keresahan yang meresap dalam hati yang menggelitikku hingga aku tersenyum sendiri. Pada bulan Februari aku agak gila karena sering tersenyum sendiri memikirkan bahwa kamu ada di tempatmu, menungguku untuk membentuk sebuah keluarga dan menghabiskan sisa hidup kita berdua.

Aku ingin berlari menembus hutan Flores yang lebat, menyeberangi semua selat, mengarungi samudera Hindia, untuk sampai di tempatmu dan berteriak dari dasar hatiku bahwa cinta itu nyata dan indah. Aku ingin kamu menggenggam hatiku untuk melihat ruang di dalamnya begitu hampa dan gelap. Aku ingin kamu mengisinya dan meneranginya dengan senyummu yang manis. Aku ingin terbangun di pagi hariku untuk melihat sinar matamu yang sebenderang cahaya pagi yang memotivasiku untuk menjalani hari demi hariku yang dingin. Kamu adalah alasan, seberkas cahaya, lagu yang membuatku menari dalam hujan di bulan Februari.

Dalam hujan di bulan Februari, dalam meriang dan demamku, dalam rindu yang menggelitik hatiku, aku ingin menari dalam cinta. Ketika aku memejamkan kedua mataku aku membayangkan sinar matamu dan senyummu yang menghangatkan hidupku yang dingin. Kamu adalah secangkir kopi pagiku, lampu di dalam kamarku, dan acara komedi favoritku yang hangat, benderang, dan membuatku tersenyum sendiri.