Sabtu, 17 Juli 2010

Sebuah Pengantar

Seperti disirami cahaya pagi, menulis memberi kehangatan. Aku tidak bisa berpikiran buruk: menulis berarti berselimut sepi yang begitu dingin atau menyusuri dataran yang kosong dan asing, walaupun memang seperti itu kenyataannya. Tuhan sepenuhnya baik. Semacam cermin, tempat kita menemukan harapan semoga kita lebih rupawan, namun malahan lebih sering mengecewakan, dan kita jadi terpaksa menerimanya. Kita bukan putri paling cantik sedunia.
Kita terluka mencermati wajah sendiri. Tersenyum sendiri. Menangis sendiri. Separuh hati kita pesimis, namun yang separuhnya lagi menyangkal. Tuhan mahabaik. Ada kecenderungan yang parah untuk tampil apa adanya, percaya diri, dan tenang. Namun aku menemukan sebuah lubang hitam yang menghisap dengan sangat mengerikan. Tolong tarik aku ke dalam cahaya. Oleh karena itu ijinkan aku menulis saja. Omong kosong sekalipun.
Terima kasih.

NB: Dalam hati kecilku, aku juga berharap dengan menulis akan menemukan belahan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar