Minggu, 12 Desember 2010

The Social Network

Seiring waktu bergulir semakin aku menyadari bahwa kebutuhanku untuk menulis sebuah posting di blog ini adalah caraku menunjukan diri di hadapan dunia. Seperti seseorang yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk kekasihnya agar kekasihnya tahu bahwa dia ada. Setelah aku membaca respon di posting-posting terdahulu dimana tidak semua komentar sesuai dengan apa yang aku harapkan, aku juga menyadari bahwa blog ini semacam jurnal psikologis dan filosofis dimana setelah untuk kesekian kalinya aku membaca ulang, aku akan semakin berkembang. Ketika seseorang menasehatiku tentang bagaimana seharusnya aku menjalani hidupku, bersikap, bahkan untuk sekedar merasa, pada mulanya aku terbakar amarah, bertanya-tanya mengapa mereka harus mengucapkan hal-hal semacam itu, mengabaikan perasaanku, menjadi guru kehidupanku tanpa kuminta, aku mulai mengembangkan rasa benci, namun semakin lama hal itu membuatku merana, lalu aku berusaha keras untuk menemukan resolusi untuk semua ini.

Lalu aku juga terjaga pada kemungkinan bahwa aku menulis posting ini untuk menunjukan bahwa aku cukup bijaksana, bahwa beginilah caraku menangani hidupku dan aku baik-baik saja. Semacam pembelaan diri untuk tuduhan-tuduhan yang bahkan kusangkakan sendiri. 

Lama-kelamaan aku menjadi psikolog sekaligus filosof konyol. Ketika seseorang memberiku informasi tentang kadar nutrisi suatu makanan, efek buruk suatu hal, atau bahwa seharusnya aku melakukan sesuatu, aku mulai beranalisis; apa motivasi mereka, apakah mereka pamer, apa mereka sungguh-sungguh peduli, mengapa mereka begitu mengusik. Tuhan, apa aku termasuk si anti sosial itu? Apa hanya aku yang terusik oleh pendapat orang lain? Lalu ketika aku mulai mengurai semua hal itu dengan menulis posting ini, aku mulai takut terjangkiti penyakit kegilaan. Ha...ha...ha

Aku tergoda untuk menutup jurnal ini dengan sebuah kesimpulan; bahwa ini hanyalah sebuah cara bersosialisasi. Seperti terkadang kita tergoda untuk mengirim permintaan pertemanan kepada seseorang asing dalam facebook karena dia teman dari teman kita, lalu kita terhubung begitu saja, karena begitulah cara dunia bekerja. Mengapa harus selalu mempertimbangkan motivasi atau perasaan, apakah kehidupan sedingin itu? Apa salahnya sebuah benturan, absurditas, atau suasana kikuk? Aku tidak ingin menyimpulkan sesuatu kali ini karena itu membosankan, karena ini bukan suatu karya ilmiah. Aku hanya ingin bersulang, merayakan intervensi orang lain dalam kehidupan kita, konflik, bahkan kegilaan yang mulai menjangkiti pikiranku. Untuk kali pertama aku ingin diserang, lewat posting ini, karena aku takut kesepian.


4 komentar:

  1. ih kak namanya panjaaaaaang benjet
    situ lebih amazing tulisannya yang membahas seksualitas dan feminisme......
    rasanya nothing benjet saiah

    BalasHapus
  2. kata bapa' BT,
    social network (Q) = m c deltaT
    jadi social network itu tercipta saat Mata melakukan tugasnya, Cuara mengiring dan bermuara(delta) pada Tangan yg berusaha

    BalasHapus
  3. @kakak pratama: ini andika pratama y? atau andika kenjen band? pak BT? masih ingat ajah guru fisika kita2...mentang2 jarang ikut remidi nih...cowok banyubiru ini emg sll jd inspirasi....ajarain lagi dong kak teori relativitasnya?he..he

    BalasHapus