Minggu, 08 April 2012

Sepenggal Paskah

Liburan paskah aku habiskan di kontrakan. Beberapa teman berangkat memancing di perairan sekitar Labuan Bajo. Suhu Ruteng beberapa derajat lebih dingin kurasa, di malam harinya yang lembut mulutku beruap seperti merokok. Suatu hari aku akan mencintai seseorang dan memeluknya dengan sungguh-sungguh, apalagi dalam suhu seperti ini. Aku takut masuk angin. Aku merasa sedikit demam dan mual. Aku membuat mi instan dan menghirup kuahnya sampai habis. Aku juga menyeduh campuran sereal dengan kopi panas-panas. Aku menonton tv kabel seharian dan merasa bodoh. Aku bahagia walaupun aku terlihat menyedihkan. Bagaimana pikiran bahagia tiba-tiba melintas dalam kepalaku, aku sendiri tidak yakin sungguh-sungguh memikirkannya. Aku merasa hari berlalu begitu saja kemudian yang aku hadapi hanyalah kegagalan. Aku seperti pemurung walaupun aku hanya tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Tersenyum membuat pipiku capek.

Pagi-pagi aku menelepon ibu, sudah lama sekali aku tidak meneleponnya. Kami penelpon yang kikuk yang mengakhiri percakapan kami dengan pertanyaan masih adakah hal lain yang perlu dibicarakan. Aku merasa hubungan kami dekat namun ada rasa sungkan di antaranya seperti dua orang asing. Aku kaget dia mengajukan pertanyaan tentang calon istri pagi itu, cukup mengganggu dan dia tahu itu. Dia sedang berada dalam sebuah mobil dalam perjalanan melayat bersama keluarga besarnya dan pertanyaan itu bukanlah dari dia. Aku tertawa dan tak menjawab pertanyaan itu. Bagaimana percakapan telpon itu berakhir terasa cukup kikuk, seperti secangkir kopi pahit. Aku tidak lantas berfikir tentang calon istri setelah itu walaupun jika dipikirkan akan cukup menarik. Aku baru memikirkannya ketika menulis blog ini. Aku mengingat langit malam dengan selimut awan tipis dan bintang-bintangnya yang indah. Agak melankolis kurasa memikirkan kesendirian, langit berbintang, dan rasa bahagia. Sepertinya terlalu berat untuk malam ini walaupun aku belum mengantuk. Baru saja aku menonton acara keilmuan di tv kabel tentang kemungkinan kita menjelajahi waktu ke masa lalu atau masa depan dengan antusiasme yang agak dipaksakan. Dalam pemahaman dangkalku dari acara itu dimana Einstein yang terkenal itu yang mengemukakan teori itu aku berfikir ruang-waktu seperti jalinan takdir. Hanya sebatas itu, jika aku berfikir terlalu jauh aku akan semakin terlihat menyedihkan, tanpa kekasih, di malam minggu yang cerah, memikirkan hal yang tidak-tidak untuk menutupi nafsu dan rasa kesepian.

Sebelum tidur aku ingin memikirkan cinta. Aku kedinginan di kota ini berkhayal tentang bidadari bersayap yang super seksi mengetuk jendela kamarku namun malahan jadi terkesan mesum. Aku menghalau khayalanku dan mulai menulis blog ini dengan percikan cinta di dalamnya, rasa sepi, dan omong kosong ringan yang mengarah jadi sebuah komedi. Aku tersenyum sendiri seolah-olah menghidupkan roh pelawak dari tulisan ini. Walaupun absurd, aku merasa kata-kata ini mengalir lembut, dalam kelembutan malam yang makin larut, takdir yang terus melaju, dan pikiran mesum yang terlalu lelah untuk menggerakkan sendi-sendi lelakiku.

5 komentar:

  1. Kakaaaaak... mengharukan banget, aku suka adegan kikuk dengan si ibu... semoga saja segera diangkat ke layar lebar ya Kakak.. pasti Dono Kasino Indro kalah jauuuh, semangat selalu ya Kakak ku.. aku akan selalu mebaca hasta karyamu hihihih
    *sekikian dibawah pohon pisang, malam2, sambil ngetik komeng ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. analisa waktu,...saya bersyukur hidup dijaman ini karena ada banyak pusat informasi...sehingga dalam menentukan "cinta" jumlah pilihan yang bisa saya nikmati menjadi lebih luas...meskipun kesimpulan sementara aalah "kebenaran saja tidak cukup-mengharapkan semua orang lain berubah tidak terlalu signifikan-lebih baik menceburkan diri sendiri dalam latihan, perbaikan, istirahat...secara hidup ini yang bertanggung jawab dan benar2 menikmati adalah diriku sendiri (nyoba ngopy gloomy-nya Surya aaah) sekarang jadwal adut2an semua tapi melarikan diri dari dunia jelas out of my range pilihan yang tersisa hanya hadapi, nikmati -tersenyum dalam hati ketawa dalam hati nagis juga dalam hati- ke banyakan sharing not so guud enimor mungkin ada pincang tapi manusia seperti ku lebih memilih untuk tidak membagi kekurangan ha ha ha ha

      Hapus
  2. @atc : thanx berat kk komennya. Berarti banged apalagi disejajarkan dg filmnya DKI. Aku penggemar film2 mereka, khesesnya yg judulnya 'pocong kramas'

    BalasHapus
  3. @lelaki lembek : super sekali pak. Inspiring. Paling suka bagian 'dalam latihan, perbaikan, istirahat....' Poin ketiga boleh juga. He..he..he. FYI : ga sepenuhnya ttg sharing koq tulisan ini,lebih tepat curcol mungkin. Tujuan utamanya fiksi sok nyeni gitu pak, kebanyakan baca novel2 penulis besar yg biasanya menceritakan tragedi gitu. Btw, thanx berat komennya.

    BalasHapus
  4. lelaki setengah lembek15 April 2012 pukul 06.58

    @ahmad surya : sejak kapaaan nama caiya jadi in se-piring, kalo roman tisem lagi ngak terlalu g4l4uW kan emang belon ada minimum requirement nye (secara da banyak yang naksir an ditaksir gityuuu)yaaaa paling 78% laaa lom ada yumah, oubill, pasip inkom, esmosyee gak setabill bisa rusak masa depan oang lean kalo merid cekalang-alasan untuk iryiiit-

    BalasHapus