Rabu, 02 Juli 2014

3 Warna, 17 Pulau, dan 1 Cinta

Aku tak pernah mengerti bagaimana hidup sampai membawaku pada tempat ini. Aku hanya bisa terkesima dan bersyukur dan berharap hidup juga pada akhirnya akan membawaku pada tempatmu berada. Kemiskinan adalah realitas di tanah Flores namun tanah ini juga menyerupai  tanah antah berantah dalam sebuah dongeng. Dengan danau warna-warninya, pantai-pantai ajaibnya, atau pulau-pulau kecilnya yang indah. Mei itu untuk ketiga kalinya aku menjelma menjadi seorang pangeran kesepian yang bermimpi  tentang putri pujaannya sambil menatap cahaya matahari yang merekah di langit di atas danau tiga warna. Dalam dingin udara pagi aku berselimut rasa sepi yang sudah menjadi teman karibku cukup lama. Ketika melewati taman di bagian bawah Kelimutu bahkan kicauan burung-burung yang genit tidak mampu mengusik hatiku yang beku. Aku bersyukur salah satu danaunya berubah warna dari setahun sebelumnya.

Foto oleh Praindra Putra

Foto oleh Praindra Putra

Kami melanjutkan perjalanan ke Riung, melewati kota Ende, menyusuri pantainya yang panjang, dan menatap ombak yang memecah ke pantai dalam diam. Jalanan dari Ende ke Kabupaten Nagekeo masih dalam perbaikan dan sepanjang perjalanan hanya debu-debu berterbangan. Kami seperti sedang menuju sebuah kota di ujung dunia. Ketika sampai di Nagekeo  kami terperangah akan kerapian kotanya yang tergolong masih baru ketika itu seperti melihat mimpi akan masa depan dan merasakan rasa cemas yang perlahan mencengkeram jantung kami. Ini kota masa depan tempat para warganya menyandarkan mimpi. Segera setelah meninggalkan kota dan meninggalkan mimpi kami di sana kami disambut jalanan sunyi di tengah belukar seolah-olah kami rombongan kesatria yang  berangkat untuk membunuh naga. Dan pemandangan perbukitan di sekitarnya  sungguh luar biasa seolah-olah tempat hidup para naga. Dalam sengatan matahari siang itu bahkan cinta dalam hati kami pun ikut mengering dan aku jatuh tertidur, dengan putus asa berusaha menghidupkan mimpi tentangmu.

Foto oleh Praindra Putra

Dalam mimpi samar-samar aku melihat lautan di kejauhan. Kami  sampai juga di Riung…

Kecamatan ini dihidupkan oleh generator yang terdengar berisik dari kejauhan. Ada satu ATM dan itu membuat kami merasa lega. Tempat ini begitu sunyi seolah-olah  sebuah tempat yang pemalu. Di malam hari kami menyusuri jalanannya dalam gelap melewati pasarnya yang sudah kosong. Kami bergegas tidur dan bermimpi berenang di  pantai di bawah sinar matahari.

Foto oleh Praindra Putra

Riung menawarkan wisata bahari, melompat dari satu pulau kecil ke yang lain. Dalam papan reklame disebutkan ada 17 pulau, namun siapa yang sempat menghitung jika mengitung sebuah hari yang berlalu dimana aku belum juga menemukanmu adalah sebuah penyesalan. Setiap hari aku menyesal belum mengenalmu. Namun bersyukur akomodasi di tempat ini tergolong murah. Kami menyewa perahu motor kecil dan perlengkapan snorkeling. Melewati sebuah pulau dan mencoba membangunkan kelelawar-kelelawar yang sedang tidur. Merapat di atas pasir putih sebuah pantai dan menyelami airnya yang jernih, mencari-cari terumbu, dan terpesona pada warna-warni ikan. Harga sudah termasuk dengan ikan-ikan yang dibakar di pulau dengan nasi yang sudah dibawa sebelumnya.

Foto oleh Praindra Putra

Di bawah sinar matahari yang berkilauan di atas air aku menyelami pantai-pantai untuk menemukanmu. Ketika sampai di atas sebuah bukit dimana aku harus menerobos belukar dan mendaki tajam aku ingin meneriakkan namamu sekuat tenaga, namun hanya lautan luas yang membisu dan pulau-pulau dikejauhan yang tak bergeming menjawabku. Aku menatap langitnya yang luas dan bertanya-tanya di bagian mana dari bumi ini kamu berada. Perlu berapa kali lagi tiga warna danau Kelimutu harus berubah agar aku bisa berhenti menghitung, 17 pulau atau 17.000 tahun, aku belum juga menemukanmu. Setiap hari aku menyesal belum mengenalmu.

Foto oleh Praindra Putra

12 komentar:

  1. ndang Rabi Mas Sur...

    BalasHapus
  2. memang kumiliki rasa cinta padamu, diatas bayangan saat kita berbagi...
    bermandikan perasaan yang ada,... haruskah kita hadapi semuanya?
    oooohhhh Surya, seperti sang surya adakalanya engkau dapat menyinari hati yang membeku.....

    BalasHapus
  3. Tak Perlu seorang putri untuk mengisi kebahagiaan hidup ini, seorang gadis desa yang taat pada suaminya, sudah cukup untuk membuat bahagia dunia dan akhirat.
    Bahagia dan jodoh itu sederhana, terkadang malah kita yang membuat hal itu menjadi rumit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seorang gadis desa yang bernama putri boleh juga.....

      Hapus
  4. ndang rabi sur,ben ono kancane ning ngendi2,hehehe

    BalasHapus