Aku tak pernah mengerti bagaimana hidup sampai membawaku
pada tempat ini. Aku hanya bisa terkesima dan bersyukur dan berharap hidup juga
pada akhirnya akan membawaku pada tempatmu berada. Kemiskinan adalah realitas
di tanah Flores namun tanah ini juga menyerupai tanah antah berantah dalam sebuah dongeng. Dengan
danau warna-warninya, pantai-pantai ajaibnya, atau pulau-pulau kecilnya yang
indah. Mei itu untuk ketiga kalinya aku menjelma menjadi seorang pangeran
kesepian yang bermimpi tentang putri
pujaannya sambil menatap cahaya matahari yang merekah di langit di atas danau
tiga warna. Dalam dingin udara pagi aku berselimut rasa sepi yang sudah menjadi
teman karibku cukup lama. Ketika melewati taman di bagian bawah Kelimutu bahkan
kicauan burung-burung yang genit tidak mampu mengusik hatiku yang beku. Aku
bersyukur salah satu danaunya berubah warna dari setahun sebelumnya.
Foto oleh Praindra Putra |
Foto oleh Praindra Putra |
Kami melanjutkan perjalanan ke Riung, melewati kota Ende, menyusuri
pantainya yang panjang, dan menatap ombak yang memecah ke pantai dalam diam. Jalanan
dari Ende ke Kabupaten Nagekeo masih dalam perbaikan dan sepanjang perjalanan
hanya debu-debu berterbangan. Kami seperti sedang menuju sebuah kota di ujung
dunia. Ketika sampai di Nagekeo kami
terperangah akan kerapian kotanya yang tergolong masih baru ketika itu seperti
melihat mimpi akan masa depan dan merasakan rasa cemas yang perlahan
mencengkeram jantung kami. Ini kota masa depan tempat para warganya menyandarkan
mimpi. Segera setelah meninggalkan kota dan meninggalkan mimpi kami di sana
kami disambut jalanan sunyi di tengah belukar seolah-olah kami rombongan
kesatria yang berangkat untuk membunuh
naga. Dan pemandangan perbukitan di sekitarnya
sungguh luar biasa seolah-olah tempat hidup para naga. Dalam sengatan
matahari siang itu bahkan cinta dalam hati kami pun ikut mengering dan aku
jatuh tertidur, dengan putus asa berusaha menghidupkan mimpi tentangmu.
Foto oleh Praindra Putra |
Dalam mimpi samar-samar aku melihat lautan di kejauhan.
Kami sampai juga di Riung…
Kecamatan ini dihidupkan oleh generator yang terdengar
berisik dari kejauhan. Ada satu ATM dan itu membuat kami merasa lega. Tempat
ini begitu sunyi seolah-olah sebuah
tempat yang pemalu. Di malam hari kami menyusuri jalanannya dalam gelap
melewati pasarnya yang sudah kosong. Kami bergegas tidur dan bermimpi berenang
di pantai di bawah sinar matahari.
Foto oleh Praindra Putra |
Riung menawarkan wisata bahari, melompat dari satu pulau
kecil ke yang lain. Dalam papan reklame disebutkan ada 17 pulau, namun siapa
yang sempat menghitung jika mengitung sebuah hari yang berlalu dimana aku belum
juga menemukanmu adalah sebuah penyesalan. Setiap hari aku menyesal belum
mengenalmu. Namun bersyukur akomodasi di tempat ini tergolong murah. Kami
menyewa perahu motor kecil dan perlengkapan snorkeling. Melewati sebuah pulau
dan mencoba membangunkan kelelawar-kelelawar yang sedang tidur. Merapat di atas
pasir putih sebuah pantai dan menyelami airnya yang jernih, mencari-cari
terumbu, dan terpesona pada warna-warni ikan. Harga sudah termasuk dengan
ikan-ikan yang dibakar di pulau dengan nasi yang sudah dibawa sebelumnya.
Di bawah sinar matahari yang berkilauan di atas air aku
menyelami pantai-pantai untuk menemukanmu. Ketika sampai di atas sebuah bukit
dimana aku harus menerobos belukar dan mendaki tajam aku ingin meneriakkan
namamu sekuat tenaga, namun hanya lautan luas yang membisu dan pulau-pulau
dikejauhan yang tak bergeming menjawabku. Aku menatap langitnya yang luas dan
bertanya-tanya di bagian mana dari bumi ini kamu berada. Perlu berapa kali lagi
tiga warna danau Kelimutu harus berubah agar aku bisa berhenti menghitung, 17
pulau atau 17.000 tahun, aku belum juga menemukanmu. Setiap hari aku menyesal
belum mengenalmu.
Foto oleh Praindra Putra |
ndang Rabi Mas Sur...
BalasHapusAmiiin.
Hapusberaaat paak..!
BalasHapusBujang galauuuu pak
HapusMANTAS OM...
BalasHapusasik asik
Hapusmemang kumiliki rasa cinta padamu, diatas bayangan saat kita berbagi...
BalasHapusbermandikan perasaan yang ada,... haruskah kita hadapi semuanya?
oooohhhh Surya, seperti sang surya adakalanya engkau dapat menyinari hati yang membeku.....
asik banget nih
HapusTak Perlu seorang putri untuk mengisi kebahagiaan hidup ini, seorang gadis desa yang taat pada suaminya, sudah cukup untuk membuat bahagia dunia dan akhirat.
BalasHapusBahagia dan jodoh itu sederhana, terkadang malah kita yang membuat hal itu menjadi rumit.
Seorang gadis desa yang bernama putri boleh juga.....
Hapusndang rabi sur,ben ono kancane ning ngendi2,hehehe
BalasHapusamiiin
Hapus