Selasa, 24 Agustus 2010

Cintaku Jauh di Pulau

Aku menulis blog ini pada suatu fajar yang sunyi ketika langit baru sedikit terbuka. Ramadhan ini aku sholat subuh di masjid, entah karena letak masjidnya yang berada di depan kontrakan atau karena aku memang sungguh-sungguh soleh, aku selalu menimbang-nimbang kedua hal itu. Dingin sekali tadi di luar. Seharian nanti aku akan berpuasa dan merasa malu sendiri jika terlihat lesu ketika bekerja, bau mulut, atau kehilangan selera humor.
Menjelang lebaran aku akan mudik dan merasa sangat menderita karena harga tiket pesawat. Di rumah, orang-orang akan menanyakan tentang pacar atau calon istri, sebagai bahan basa-basi, tanpa menyadari pertanyaan semacam itu sungguh-sungguh menyulitkanku. Aku masih mendengarkan lagu-lagu romantis yang semu. Membaca novel-novel cinta picisan. Masih saja memimpikan menjadi pangeran kodok yang dicium seorang putri bodoh yang cantik namun baik hatinya. Kemudian hidup bahagia untuk selama-lamanya.
Teman-teman di Ruteng sini banyak yang meninggalkan istri dan anak-anak mereka di kampung halaman, sering mengeluhkan tentang susahnya mendapatkan cuti atau tingginya harga tiket pesawat, dan di akhir pekan menelpon rumah untuk sekedar mendengarkan suara kecil dan tak fasih mengucapkan kata ayah atau papa seolah-olah itu merupakan suatu pujian. Sedangkan yang masih pacaran, hanya melewatkan malam-malam minggu mereka dengan menelpon cewek mereka untuk bertanya apakah mereka kangen. Sungguh kisah cinta yang sendu namun bukan berarti selalu menyedihkan. Aku masih saja selalu merasa lega setiap menelepon rumah dan menyadari bahwa aku masih sangat dirindukan. Bahwa kedatanganku nanti di samping mereka akan sangat berarti. Kerinduan akan menjadi jalan hidupku. Seperti aku tak akan pernah berhenti merindukanmu, Tuhan.
Dari jendela kulihat langit telah bercahaya. Pagi ini aku merasa melankolis sekali. Aku selalu merindukan cinta. Aku takut telah melewatkan sesuatu. Mungkin kami pernah berpapasan di suatu jalan, saling bertatapan mata hanya karena suatu kebetulan. Mungkin dia pernah bermain di perosotan yang sama ketika aku masih TK, sama-sama sering makan kue lekker yang dijual di trotoar depan SD-ku dulu. Mungkin kita pernah satu bis, satu kereta, atau satu pesawat, siapa yang tahu? Mungkin kita memang tak pernah bertemu sama sekali namun saling merindukan satu sama lain. Yang dapat kulakukan hanyalah bersabar dan berdoa, semoga pada waktunya nanti aku memiliki keberanian yang cukup dan ketulusan yang menenangkan untuk mengungkapkan isi hatiku padamu. Paling tidak, dengan mempersembahkan blog ini, suatu bagian di hatimu yang cantik itu bergetar.....

2 komentar:

  1. Selamat berjuang bok, demi cinta yang tengah menantimu, demi hati dan lisan yang tak lelah memohon kepadaNya untuk dapat bertemu dan bersatu denganmu. Jodoh adalah sebuah misteri tapi cinta dapat kau tebarkan kepada siapa saja dan dimana saja. Bersyukurlah jika saat ini masih ada banyak cinta dari keluarga...teman...sahabat...yang mengelilingi kita, yang merindukan kehadiran kita, yang selalu ada dan menguatkan kita ^^. Keep fighting boy !!

    BalasHapus
  2. @baiklah.....semangaaaaaaaaaaaaaat!!!!!

    BalasHapus