Selasa, 12 Oktober 2010

Kelebayan yang Manis

Aku ingin meromantisir senyummu, yang membuatku bersyukur jadi belajar bahwa kebahagiaan itu sederhana. Aku akan menatap matamu sebentar karena aku memang tak tahan. Aku ingin selebay ini seumur hidupku karena kamu memang berlebihan buatku. Dalam masa kanak-kanakku aku pernah berusaha menarik perhatian seorang teman perempuan kecil yang manis dengan lelucon-lelucon--kenangan itupun jadi lelucon manis dalam ingatanku--namun kalimat-kalimat ini walaupun mungkin membuatmu tertawa bukanlah lelucon sama sekali. Paling tidak aku berusaha jujur aku bukanlah pujangga yang bisa membuatmu menjerit walaupun aku menantikan hal itu darimu, kelebayan yang manis.

Aku jadi terkenang tentang peperangan yang pernah terjadi yang kubaca dalam buku sejarah maupun yang masih berlangsung yang kini disiarkan televisi. Aku bersyukur bisa bersamamu dan merasa begitu damai di saat-saat tertentu. Peperangan di atas bumi ini terus bergulir karena selalu ada kesalahpahaman dan hidup kita pun terus bergulir. Terkadang kita salah mengerti satu sama lain dan menjauh, namun aku terlalu mencintaimu dan itu indah. Terkadang terlintas dalam benakku ingin memberikanmu seikat bunga paling indah seperti yang seorang pangeran lakukan. Berlutut di hadapanmu pada suatu senja yang merah. Meninggalkan hingar-bingar peperangan yang berkecamuk di muka bumi kita ini dan larut dalam suasana romantis itu. Mencintai rambutmu. Mencintai jari-jemarimu. Mencintai pikiranmu. Mencintai kemarahanmu. Mencintai setiap detil-detil-mu.

Menyusuri trotoar di masa SMA ketika musim angin banyak sekali daun-daun berserakan, aku sering bertanya-tanya bagaimana petugas kebersihan kota membersihkan itu semua. Ada suara gemerisik ketika menginjak daun-daun itu, begitulah juga perasaanku saat mendengar suaramu. Suaramu menggema sampai ke relung hatiku. Menguatkan aku yang serapuh dedaunan itu. Terkadang aku merasa ngawur dengan semua tulisan ini: tentang lelucon, perang, dedaunan, namun sebut saja semua ini sebagai kelebayan yang manis. Seperti ketika kamu kaget lalu berteriak manja, dan terkadang sampai mencubit lenganku sampai sakit.

Entah sampai ke mana tulisan ini berakhir. Cinta memang indah. Aku membayangkan selembar uang lusuh yang sering kudapati di Ruteng ini yang telah berpindah dari ribuan tangan. Karena kita mempercayai nilainya kita menyimpannya dalam dompet atau membayarkannya. Aku jadi berfikir seperti itulah cara kerja cinta, bukannya yang diukur dengan uang, namun karena aku percaya pada nilai cinta yang berpendar dalam hatiku itu aku yakin bisa membeli kebahagiaan. Aku yakin akan mendapatkan hatimu yang indah. Paling tidak pemikiran semacam itu bisa menjadi landasan kedamaian atau lagi-lagi hanya menjadi sekedar kelebayan yang manis.


3 komentar:

  1. Let me guess:
    "seorang teman perempuan kecil yang manis"
    Dian MI bukan :p

    #sotoy

    cmiiw gan :D

    BalasHapus
  2. @novia : kupikir kamu bakalan memberi tanda petik kalimat itu namun bukannya menyebut nama orang tapi malahan menyuruhku membayar royalti.....
    kwaaaaaaaaa LOL XD tapipak

    BalasHapus
  3. "seorang teman perempuan kecil yang manis" --> akuuu? busyet! aku kan perempuan kecil yang amazing *kalem*

    BalasHapus