Minggu, 03 Oktober 2010

Menafsir Kebahagiaan

Bagaimana cara melewati suatu hari Minggu dengan sempurna? Aku tak bisa mengunjungi salah satu katedral indah di kota ini untuk berdoa karena aku seorang muslim. Seharusnya aku lari pagi, menyusuri jalanan Ruteng yang lengang menuju bandara untuk melihat sebuah pesawat dari Kupang mendarat, namun malahan masih tertidur. Aku lelaki kurang sigap, bagaimana nanti aku akan membahagiakan istriku? Aku bangun jam tujuh kemudian sholat subuh dilanjutkan sholat dhuha (kuharap ayah-ibuku tak membaca blog ini). Apa Tuhan menerima ibadahku itu. Aku mulai jadi seenaknya sendiri seolah-olah dunia ada dalam genggaman tanganku.

Aku mengajak salah seorang teman maen game PES 2010--game yang menghangatkan malam-malam kami yang dingin. Aku menang di pertandingan pertama namun kalah di dua berikutnya. Kami saling mengejek seperti anak remaja. Ada rasa kepuasan yang aneh setelah menang dan ada rasa kekecewaan yang menggiringku pada kesenduan setelah aku kalah. Lucu juga memikirkan hal itu. Perut terasa lapar. Aku sarapan teri yang dimasak salah seorang teman yang lain dimana ketika sedang memasaknya dia membubuhkan kuliah tentang kehidupan kepadaku. Bagaimana nanti kalau istri kita hamil dan terobsesi makan teri?

Aku ingin menelpon rumah namun kuurungkan niat itu karena aku tak punya bahan pembicaraan (menyedihkan sekali), apalagi ibu sedang tidak di rumah karena mengikuti suatu diklat untuk guru SD selama satu minggu. Aku memutuskan membaca buku yang sudah kubeli dua tahun silam, namun belum juga selesai. Aku membaca di halaman belakang kontrakan, bersandar pada salah satu sisi temboknya dan merasakannya sebagai suatu kemewahan sederhana, menikmati matahari, dan sesekali memandangi ilalang dan barisan tanaman ketela pohon yang masih setinggi lutut orang dewasa. Anginnya bertiup pelan, sesekali membolak-balik lembar-lembar buku dan membuatku kebingungan. Buku itu mengulas pemikiran Gadamer--jenis-jenis buku serius yang mulai kubaca semenjak SMA hanya untuk menguj kesabaranku, lebih banyak yang tak kupahami, dan menganggap menyelesaikannya sebagai sebuah prestasi tersendiri. Terkadang aku merasa konyol dengan hal itu namun kupikir aku hanya kesepian saja. Aku sama membosankannya dengan buku itu namun kegantenganku sama sekali tidak membosankan. Setelah mulai berkeringat karena panas, aku putuskan kembali ke kamar untuk melanjutkan membaca, namun malahan jatuh tertidur.

Kemudian berakhir dengan blog ini.
***
Apakah hari ini jadi Minggu yang sempurna? Dengan menulis blog ini aku bisa membuat hari Mingguku menjadi apa saja. Seperti menonton Oprah membuatku bahagia. Atau mendengarkan musik alih-alih mencuci baju kotor yang menumpuk. Menghirup kopi murahan di pagi hari. Sarapan nasi teri. Makan siang dengan nasi kuning. Maen PES. Menulis di blog. Ini semacam pembelaan cowok jomblo kesepian yang bekerja di kota kecil tanpa hiburan. Selalu ada saat-saat dimana aku merasa ringan dengan semua rutinitas datar ini, bahwa aku bisa melangkahkan kakiku untuk hidup di tempat-tempat baru yang ajaib dan menertawakan nasib yang kurang beruntung ataupun perasaan sendu yang diam-diam menyelimutiku seperti pakaian berkabung.

Jujur saja aku tak paham apa isi buku yang kubaca hingga setengah halaman lebih itu. Namun dalam benakku, dari buku itu aku belajar bagaimana menafsirkan tanda-tanda, seperti membaca langit atau kata-kata. Seperti blog ini; apakah dengan mencermati kalimat-kalimat yang kutulis ini kamu jadi ikut merasakan kebahagiaan atau kesenduanku? Apakah kata-kata yang kugunakan bisa terasa tepat dengan apa yang ingin aku gambarkan dengan segala keterbatasannya? Bahwa itu semua tergantung penafsiraanmu, seperti motivasi menulisku ini. Aku hanya membayangkan untaian kalimat-kalimat ini berpendar dan mengambil jalannya sendiri menuju sejarah. Aku akan membacanya satu kali lagi. Ini adalah buku yang terbuka............

3 komentar:

  1. Apa yang kamu harapkan ketika orang membaca tulisan ini, sedih, bersimpati, berempati terhadap hidup anda, menangis membaca kisah hidup anda yang sendu?

    Kalo aku kok malah ngguyu ya Sur membayangkan detail-demi-detail yang kamu narasikan.

    Apakah aku jahat karena mentertawakan kemalangan orang lain? Atau figurmu memang kocak Sur ~ maaf
    huahahhaahhahahha

    BalasHapus
  2. @novia : jiiiiiiiiiiiiiiah capede nenek, ane ni mo jadi cowok melow nomor satu di dunia malah dadi kocak ngono. Ane kan pengen jadi cowok sendu yg cool gimana gituh......
    hidup melow!!!!!

    BalasHapus