Jumat, 13 September 2013

Bersamamu, Aku Akan Tahu Bagaimana Surga Itu

Aku mengingatmu ketika menyelami pantai Wae Cicu yang jernih dalam kilasan sinar matahari pagi yang menembus hingga ke dasar. Seandainya sejelas itu kamu dapat melihat dasar hatiku. Pantainya begitu tenang, hampir tanpa ombak karena berada dalam suatu lengkungan pulau Flores. Agak egois aku bersyukur letak pantai ini cukup terpencil sehingga cukup sepi. Entah kapan aku mulai jatuh cinta pada sebuah pantai sama seperti aku jatuh cinta padamu, mungkin karena kelembutan pasirnya, suara debur ombaknya yang mengusik hatiku yang sepi, atau langitnya yang begitu luas yang mengingatkanku akan kehampaaan hidup tanpa cinta.

Foto oleh Praindra Putra
Pada siang harinya kami berlayar menuju pulau Seraya Kecil. Agak mengejutkan mataharinya tidak terlalu panas. Bagaimana aku harus menghadapi lautan luas yang bergelombang tanpa merasa gelisah memikirkanmu. Menatap hampa pulau-pulau kecil yang berserakan di sebelah barat pulau Flores seperti menyusuri negeri dongeng. Hangat matahari tropis dan sedikit angin dengan aroma laut agak menghibur hatiku bahwa dengan cinta aku akan baik-baik saja. Aku akan mampu mengarungi hidup ini hingga aku mati, aku tidak akan menyesali apapun.

Foto oleh Praindra Putra
Seraya Kecil tidak terlalu jauh dari Labuan Bajo, sekitar satu jam perjalanan. Kapal kami terlalu besar untuk merapat ke tepiannya karena tidak ada dermaga. Ketika itu gelombang sedang tinggi, dalam ketakutan kami berpindah ke kapal yang lebih kecil yang dimiliki oleh pihak penginapan di pulau. Kami disambut hamparan pasir putih dan barisan bukit yang hijau. Meletakkan bawaan kami di kamar, kami bergegas berenang di pantai. Ketika itu hari mulai sore dan pantainya bergelombang. Pantainya bukanlah bagian yang terbaik karena kotor dan gelap oleh rumput laut yang terhampar di dalamnya. Namun ketika kami mulai menyusuri bukit-bukit hijaunya yang berkilauan di bawah sinar matahari sore, aku merasa berada dalam sepotong mimpi indah dimana aku berharap kamu ada di dalamnya dimana kita saling berkejaran seperti anak-anak kemudian saling berpelukan untuk berguling-guling di atas rerumputannya yang berwarna keemasan menuruni bukit hingga sampai di pinggir pantai di bawahnya untuk bercinta. Pada salah satu puncak bukitnya aku bisa melihat ke seluruh penjuru pulau dan lautan luas. Berdiri di sana dan diterpa angin menatap ke sekeliling menunggu matahari yang berwarna jingga itu perlahan-lahan bersembunyi di balik gumpalan awan adalah sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata hanya sedikit rasa sesal bahwa kamu tidak berada di situ bersamaku dan tersenyum maka aku akan tahu bagaimana surga itu.

Foto oleh Dinar Firmanda
Pada pagi harinya pantainya jadi begitu tenang, menatap langit yang tiba-tiba jadi merah ketika matahari terbit, aku harus mengatur nafasku setelah lelah berenang. Dengan dua bule wanita asal Inggris yang masih muda dan sering berjemur dalam setelan bikini mereka dan berteman dengan seorang gadis kecil campuran indonesia-jerman yang suka mengumpulkan kepiting aku bisa simpulkan liburan kami kali ini tidaklah terlalu buruk. Ditutup dengan mengunjungi pulau Bidadari dalam perjalanan pulang untuk mengagumi kehidupan bawah laut di sekitarnya, aku merasakan rasa lelah yang pada akhirnya akan mendera bukanlah sesuatu yang perlu dikeluhkan, mungkin hanya akan ada satu keluhan; kamu tidak berada di sampingku ketika itu. Bersamamu, aku akan tahu bagaimana surga itu.

Foto oleh Bori A W
Foto oleh Praindra Putra
Foto oleh Praindra Putra

7 komentar: