Rabu, 17 November 2010

Kurban Perasaan

Lebaran kurban tahun keduaku di Ruteng, kali ini aku tidak datang paling akhir ke masjid untuk sholat, tidak lagi sholat di jalan raya luar masjid yang telah ditutup, namun di halaman masjidnya yang sekaligus merupakan lapangan voli. Kambing-kambing diikat pada pepohonan di halaman rumput. Anak-anak mengelilingi mereka, mempermainkan tanduk salah seekor kambing jantan yang jinak, merasa bangga dan  terlihat bodoh. Aku tak akan melakukan hal semacam itu bahkan di masa kanak-kanak paling nakalku. Ada seorang gadis kecil berkerudung yang melakukan hal yang sama pada kambing yang lain. Sialnya tidak semua kambing bersahabat seperti dalam dongeng dunia taman kanak-kanak, kambing itu memberontak dan membuat gadis itu menangis. Kasihan sekali, walaupun aku lebih merasa itu lucu, aku berharap semoga gadis itu tidak mengalami trauma jangka panjang.

Tahun ini aku tidak ikut berkurban. Tabunganku tipis. Tapi alasan utama yang menjadi pembelaanku, yang kuutarakan di hadapan ibu lewat telpon tadi subuh adalah aku mengalokasikan uang kurbanku untuk donasi bencana yang sedang melanda negeri ini. Entah apa itu alasan yang masuk akal atau tidak, ibu hanya berkata tidak jadi soal. Dia bercerita beberapa hari yang lalu dia menjadi relawan di Magelang untuk korban bencana letusan gunung. Dari tunjangan kerjanya pun sudah dipotong untuk donasi semacam itu. Di perkumpulan para guru ada juga bentuk donasi yang serupa. Dia melakukan semua hal itu dan tetap berkurban. Aku hanya merasa iri saat dia menceritakan semua hal itu dan sedikit merasa bersalah. Diam-diam aku mengagumi ibuku sendiri yang walaupun aku membenci cara berfikirnya yang kolot dan cenderung konservatif, dia melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh nyata dan berguna. Sedangkan aku di sini hanya menghitung tabunganku apa akan cukup untuk aku membangun rumah dan menikah, merasa mematikan lampu sudah akan membantu dunia, seperti halnya menghemat air ataupun kertas di kantorku.

Hari ini aku hanya main PES 2011, bukannya membantu memotong daging kurban di masjid, kalah berkali-kali dan menjadi bahan olokan. Rambutku dipotong salah seorang teman kontrakanku dengan gaya alay--gaya yang tak pernah kupakai hampir selama 22 tahun hidupku dimana aku biasa rapi dan membosankan. Lalu tanpa keramas, menjalani sisa hari dengan kealayan. Tidur sampai sore lalu terbangun dan merasa tak berguna. Setelah itu mencuci motor dan pergi ke toko swalayan sendirian dengan rambut alay itu, memilih sepatu kerja seorang diri, dan membelinya tanpa pikir panjang. Lalu memborong makanan ringan yang membuatku merasa bersalah telah menghamburkan uang. Di kontrakan, teman-teman memasak daging sapi yang dibagikan mesjid menjadi dua macam masakan; gulai dan oseng kacang panjang. Melihat bagaimana mereka menangani daging sapi mentah itu menjadi sedemikian rupa, membuatku kembali merasa inkompeten. Aku hanya makan makanan ringanku di kamar lalu memikirkan cinta yang tak kunjung datang, atau bagaimana untuk kesekian kalinya aku melewatkan cinta, aku merasa pipiku semakin cabi dan hal itu membuatku ketakutan setengah mati. Aku hanya bisa menyimpulkan hari itu, walaupun aku tidak ikut berkurban kambing seperti ibuku, aku sudah berkurban hati dan perasaanku habis-habisan.

7 komentar:

  1. saya mnangis tersedu2 setelah membacanya


    mengapa tdak mngajak saya kl mau maen PES..,

    BalasHapus
  2. subhanalloh kakak sekarang lebih dewasa.....semoga mendapat istri solehah disana..amin

    BalasHapus
  3. gaya rambut disesuaikan dengan kelakuan donk.. biar mecing...

    BalasHapus
  4. @kpp pratama: sebenarnya saya pengen benjet maen pes ma Saudara, tp Saudara ungkap dong identitas Anda sebenarnya, Anda itu cowok atau cewek sich?qeqeqe
    @dik joko: Dewasa? masa sih Anda orang pertama nih yg mengungkapkannya secara blak-blakan, biasanya sih sering dengernya GANTENG atau CAKEP, sebenarnya Adek itu yg lebih dewasa
    (Wajahnya doang tapi, ....pis)
    @si pemotong rambut: Gaya potong disesuaikan dengan jati diri Anda, jangan malu u terus Alay kak, banyak koq band2 yg sukses dg kealayannya!!!!

    BalasHapus
  5. ampunn... aku cuma seorang pemula dlm PES bok
    tdk sperti dik joko

    BalasHapus
  6. cerita yang menggugah,. mata saya berkaca-kaca membacanya.
    saat seorang teman yang jauh dari jawa pun sudah berhitung tabungan untuk membangun rumah dan menikah, aku yang di ibukota ini masih tak berani walo sekedar berangan

    BalasHapus
  7. @kpp pratama: ni kpp baturaja kah? mantan pangeran pes di pondok betawi bawahkah? ampuuun, CMIIW
    @kak pinguin: "walau sekadar berangan"....widih...serius kaaaak? tak pikir kak tropis tinggal nentuin tanggal...pisss

    BalasHapus